Polling Terkini

Pilih Salah Satu Judul Dibawah Ini Yang Menurut Anda Paling Menarik Untuk Dibaca




Apa itu bahagia?

Irfan Aditya Oneid 19 Juni 2010 jam 13:04 Balas • Laporkan
Suatu malam saya dan temen-temen seni lukis terlibat dalam sebuah diskusi yang cukup serius di studio lukis atas. Awalnya ngebahas tentang topik Tugas Akhir (bahas fenomena agama yang ter-institusi dan kebobrokan kehidupan beragama di Indonesia) yang dipilih oleh salah seorang anak lukis, akhirnya pembicaraan melebar sampai ke pembahasan filsafat teologi, terus ujung-ujungnya saya disidang, apa pendapat saya tentang hal ini-hal itu, keyakinan yang saya yakini –tentunya saya meyakini ketidakyakinan saya--,.. dan setelah mereka cukup pusing dengan jawaban saya, terakhir saya balik tanya: kalian lebih percaya dogma agama atau ilmu pengetahuan/sains?

Karena mereka termasuk orang-orang berkeyakinan maka jawabannya tentu saja mereka lebih percaya dogma agama walalupun jika dikaitkan dengan perkembangan kebudayan, teknologi, gaya hidup, penemuan mesin fotokopi, penemuan internet, manusia menginjakkan kaki di bulan, misi luar angkasa di planet Mars, atau dunia hiperrealitas, tentu saja dogma agama sudah tidak relevan –jika tidak boleh dikatakan usang--. Perdebatan berakhir dengan tidak jelas, tanpa kesimpulan, tanpa solusi, seperti layaknya filsafat; bikin pusing dan tidak menawarkan solusi. Ya, berarti bisa dibilang ini perdebatan filosofis, perdebatan yang ngga pernah ada ujungnya. Kami membubarkan diri menuju kantin arsitek untuk minum kopi.

Ternyata diskusi berlanjut. Seorang temen saya bertanya, "Menurut kamu apa itu bahagia?". Wow. Pertanyaan yang sulit. Sesulit pertanyaan "apa itu cinta?", atau "untuk apa kamu hidup?". Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab melainkan dirasakan. Seperti wanita, tidak perlu didefinisikan, yang penting dirasakan,..hehehe..kidding.

Saya jawab seadanya, bahagia buat saya adalah terbebas dari segala kegelisahan-kegelisahan. Rasanya semenjak saya, katakanlah, mulai mempertanyakan mengapa saya hidup, mulai meragukan kebenaran-kebenaran yang tak terbantahkan, mulai menolak untuk sekedar percaya tanpa pembuktian rasional-empiris; saya selalu diteror kegelisahan-kegelisahan. Saya mencari kebenaran-kebenaran yang saya rasa dan saya pikir benar menurut saya. Sialnya, saya berada di kehidupan yang serba relatif, yang dipenuhi orang-orang suci serta orang-orang tamak, teror dapat membunuhmu kapan saja, kebijakan yang ditentukan orang lain dapat membuatmu jatuh miskin dan mati kelaparan dalam hitungan hari, saya hidup dalam kesepakatan yang tak pernah saya sepakati, saya hidup diantara orang-orang yang berlomba-lomba merasa lebih benar dari yang lainnya, saya berada dalam kehidupan yang tidak seindah lagu cinta evergreen yang sering saya dengarkan sebagai pengantar tidur.

Saya sepakat dengan berbagai definisi "bahagia" menurut para ustadz, motivator, presentator bisnis Multi Level Marketing, atau terdakwa yang sebentar lagi dieksekusi mati; bahagia adalah puncak hidup, bapak dari rasa puas, lega, senang, berhasil. Bahagia adalah bertemu dengan teman bermainmu waktu kecil, bertemu dengan orang yang kau kenal di tempat yang sangat asing bagimu, atau bertemu dengan orang yang kamu cintai sampai akhir hayatmu. Tapi kegelisahan akan tetap menyertai kita. Kegelisahan-lah yang membuat kita hidup; dan berpikir. Mungkin kita akan berhenti gelisah saat kita berhenti berpikir.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Caesar | Bloggerized by Balqi - Premium Blogger Themes | Caesar Coorporate